Gegara Provokasi LSM Ini Terjadi Bentrokan Antara Masyarakat dan TPL -- TOBA (bareskrim.com) | Dugaan kuat penyebab kericuhan masyarakat di Desa Simare Kecamatan Borbor Kabupaten Toba Sumatera Utara, akibat provokasi salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk menghalangi aktivitas penanaman di wilayah konsesi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL).
Informasi yang dihimpunan dari sejumlah media di lokasi kejadian, Kamis (7/8/2025), sedikitnya belasan orang masyarakat mengalami luka ringan dan serius sehingga harus mendapatkan perawatan yang intensif.
"Ini semua gara-gara salah satu LSM yang ada di desa kami yang sering memberikan informasi salah kepada masyarakat. Masyarakat yang ada di Dusun 4 Na Tinggir mencoba menghalangi perusahaan melakukan penanaman tersebut, dan akhirnya terjadilah bentrok," kata masyarakat Simare bermarga Hutapea.
LSM yang dimaksud masyarakat adalah Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), yang selama ini memberikan pendampingan kepada masyarakat Na Tinggir.
"Tadi sebelum kejadian ada di lokasi itu kami lihat si D Silalahi dan R Pasaribu, mereka berada dibelakang masyarakat Na Tinggir. Tapi pas ketika kejadian makin ricuh mereka menghilang," ungkap Hutapea.
Keterangan Camat Borbor
Menanggapi hal tersebut, Camat Bobor James Pasaribu mengakui memang telah terjadi kericuhan di wilayah kerjanya. Diakuinya kericuhan ini menyebabkan korban luka serius di pihak perusahaan, yakni pada bagian kepala.
"Hal serupa juga terjadi pada masyarakat dusun empat Na Tinggir, sejumlah masyarakat mendapatkan perawatan yang serius dan dalam penanganan medis," katanya.
Mengenai keterlibatan salah satu LSM yang ada di wilayah Kecamatan Borbor, James Pasaribu belum bisa memberikan kepastian, dan sebaiknya diserahkan kepada pihak Kepolisian Resort Toba.
"Mengenai keterlibatan salah satu kelompok LSM maupun indvidu sebagai provokator dalam kejadian ini, kita serahkan kepada pihak Polres Toba melakukan investigasi", tegasnya.
Sementara itu, pantuan media hingga malam ini kondisi wilayah Desa Simare sedikit mencekam. Terdengar kabar masyarakat sedang melakukan pencarian terhadap pelaku provokasi kericuhan di masyarakat.
Personil Polres Toba Diturunkan Menghidari Aksi Susulan
Menanggapi hal tersebut, Kasat Reskrim Polres Toba Iptu. Erikson David Hutauruk mengatakan, pihaknya sudah menurunkan personil ke lokasi kejadian untuk meredam dugaan adanya aksi susulan.
"Kami berupaya keras memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan aksi Sweeping (Razia), dan meminta kepada masyarakat menyerahkan seluruhnya kepada Kepolisian dalam proses hukum yang berlaku," tegas Erikson.
Kronologis Bentrokan Menurut TPL
Sementara itu, dihari yang sama PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) juga melakukan klarifikasi yang melibatkan aktivitas operasional perusahaannya. Dalam pernyataannya yang disampaikan dalam webside www.tobapulp.com.
Insiden ini berupa penghadangan dan penyerangan terhadap tim TPL dan mitra kerja yang sedang melakukan pekerjaan operasional rutin.
Perusahaan menekankan bahwa seluruh kegiatan operasional, termasuk penanaman dan pemanenan, dilakukan secara legal berdasarkan Rencana Kerja Umum (RKU) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah disetujui pemerintah.
"Kegiatan penanaman di tahun 2025 difokuskan di wilayah konsesi Sektor Habinsaran, Dusun Natinggir, Desa Simare Desa, Kecamatan Borbor, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik," ucap Salomo Sitohang Corporate Communication Manager TPL.
Menurutnya, TPL selalu berupaya menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program Community Development (CD) dan Corporate Social Responsibility (CSR), serta mengedepankan dialog terbuka untuk menyelesaikan isu sosial.
Berikut adalah kronologi lengkap insiden yang terjadi pada Kamis, 7 Agustus 2025 oleh pihak TPL:
* Pukul 10.00 WIB: Tim TPL, mitra plantation, dan tim Masyarakat Peduli Api (MPA) berangkat dari Kantor Estate Habinsaran untuk melaksanakan pekerjaan operasional dan patroli rutin di Compartment C111. Rombongan menggunakan beberapa kendaraan, termasuk Mitsubishi Triton, Toyota Hilux, Colt Diesel, dan armada dari PT RBN, PT Alfredo, serta PT MS.
* Pukul 10.30 WIB: Rombongan dihentikan oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai masyarakat, berjumlah sekitar 40 orang, di simpang jalan menuju Compartment 111.
* Pukul 11.06 WIB: Saat melanjutkan perjalanan dan melintasi simpang 4 Natinggir, rombongan kembali dihadang oleh kelompok yang sama.
* Pukul 11.10 WIB: Terjadi perdebatan. Dalam perdebatan tersebut, beberapa anggota kelompok penghadang melemparkan tiga kantong plastik berisi bensin ke arah mobil milik Bapak Edy Sianturi, salah satu anggota rombongan.
* Pukul 11.12 WIB: Salah satu orang dari kelompok tersebut menyulut api dan melemparkannya ke arah mobil Bapak Edy Sianturi, menyebabkan api sempat menyala di bagian bawah kendaraan.
Korban bentrokan:
1. Renhard Sitorus (petugas keamanan) mengalami luka bacok di kepala.
2. Aldi Gea (pekerja mitra dari PT RBN) mengalami luka robek di kepala akibat lemparan batu.
3. Prima Sihombing (karyawan TPL) mengalami lebam akibat pemukulan.
4. Robinson Hutapea (tokoh dari Desa Simare) juga mengalami pemukulan di bagian kepala.
Salomo Sitohang mengatakan, pihak perusahaan telah membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis dan melaporkan insiden ini kepada pihak kepolisian.
"TPL menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada aparat penegak hukum agar dapat diproses secara hukum," katanya.(ani/tim)